Arti kata nasionalisme dalam KBBI:
na·si·o·na·lis·me n 1 paham (ajaran) untuk
mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan: -- makin menjiwai bangsa Indonesia; 2 kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau
aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan.
Hans Khon(Redja Mudyaharjo, 2002) mengemukakan nasionalisme adalah sebagai kemauan hidup bersama, yaitu suatu paham yang memberikan ilham kepada sebagian besar penduduk dan mewajibkan dirinya untuk mengilhami anggota-angotanya.
Joseph Ernest Renan(1822-1892) mengemukakan pengertian nasionalisme yang didasarkan atas manusia, bahwa bangsa itu adalah segerombolan manusia yang berkehendak untuk bersatu.
Sedangkan paham nasionalisme yang didasarkan atas perpaduan politik-ekonomi-sosial budaya dikemukakan oleh Hans Kohn adalah paham yang menekankan pada kesetiaan tertinggi individu yang harus diserahkan kepada negara kebangsaan.
Louis Snyder mengemukakan bahwa nasionalisme adalah hasil dari faktor-faktor politik, ekonomi, sosial dan intelektual pada suatu tahapan dalam sejarah.Seperti yang terjadi di indonesia, perjuangan yang di lakukan untuk mengusir para penjajah dari tanah air sejak tahun 1908 itu bersifat nasional atau nasionalisme.
- Ernest Renan: Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara.
- Otto Bauar: Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter
yang timbul karena perasaan senasib.
- Hans Kohn, Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National
Counciousness. Dengan perkataan lain nasionalisme adalah bentuk dari kesadaran
nasional berbangsa dan bernegara sendiri. Dan kesadaran nasional inilah yang
membentuk nation dalam arti politik, yaitu negara nasional.
- . Stoddard: Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh
sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai
perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
- Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and Politics
mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu:
1. Hasrat untuk mencapai kesatuan.
2. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan.
3. Hasrat untuk mencapai keaslian.
4. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.
- Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan faktor-faktor politik,
ekonomi, sosial, dan intelektual. Nasionalisme timbul dari diri kita sendiri, rasa itu
timbul jika kita meraskan hal yang sama dengan orang lain ataupun masyarakat yang lainnya.
Jadi nasionalisme berbanding lurus dengan persamaan anatara individu yang satu
dengan individu yang lainnya.
Berita terkait
nasionalisme remaja di Indonesia:
Gelombang Nasionalisme
Pemuda Indonesia
By on13 Des 2013 at 11:46 WIB
Citizen6, Semarang: Balakangan
ini, banyak permasalahan yang muncul di bumi pertiwi mulai dari kemiskinan,
kesenjangan yang semakin lebar, korupsi yang semakin merajalela, degradasi
moral masyarakat hingga maraknya tawuran antar pelajar yang mengundikasi
hilangnya rasa nasionalisme pemuda bangsa Indonesia. Padahal, rasa nasionalisme
merupakan elemen yang sangat penting untuk
kita dapat memajukan bangsa ini.
Rendahnya rasa cinta kepada tanah air atau yang populer dengan sebutan
nasionalisme merupakan dampak dari adanya intervensi budaya luar yang masuk di
Indonesia dan menjamah pada seluruh bidang kehidupan masyarakat serta
ketidakmampuan bangsa kita untuk menyaring budaya yang masuk hingga kita hanya
bisa menerimanya bulat-bulat meskipun hal itu jelas-jelas bertentangan dengan
ideologi, prinsip dan perilaku masyarakat Indonesia. Hedonisme yang lebih populer
dari kerakyatan, individualisme yang melemahkan gotong royong, ideologi barat
yang diagungkan melebihi Pancasila, demonstrasi anarki yang mangalahkan
demokrasi musyawarah-mufakat, dan asas persamaan yang melupakan Bhinneka
Tunggal Ika. Semua hal itu yang sekarang terpatri dalam benak masyarakat
Indonesia, yang merupakan pemicu konflik, perpecahan hingga
"kehancuran" dalam masyarakat kita. Untuk menghindari hal itu
terjadi, memang bukan pekerjaan yang mudah dan bukan hanya pekerjaan dari pemerintah
dan jajarannya saja. Ini merupakan pekerjaan besar bagi seluruh elemen
masyarakat Indonesia terkhusus pemuda-pemuda bangsa yang digadang-gadang
sebagai penerus bangsa dan agent of
change masyarakat kita.
Pemuda Indonesia sejatinya perlu mendapat asupan ahlak dan moral yang kuat
hingga bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air. Nasionalisme yang kuat,
tak mudah tergoyahkan oleh pemikiran-pemikiran luar, tak dapat dirusak oleh
budaya asing yang sejatinya memang tidak cocok bagi masyarakat Indonesia secara
umum.
Peran pemuda terhadap nasionalisme Indonesia harus dimulai dari sekarang.
Pembelajaran formal di sekolah, membaca buku-buku atau artikel tentang sejarah,
mengunjungi museum-museum merupakan sarana bagi para pemuda untuk bisa
menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap bangsa ini. Seperti yang dikatakan oleh
orator ulung sekaligus Presiden pertama Indonesia yakni Ir. Soekarno, salah
satu kutipan yang paling terkenal adalah "Beri aku 1000 orang tua, niscaya
akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan
dunia" ini menandakan bahwa pemuda memiliki kemampuan yang sangat dahsyat
jangankan untuk memperbaiki Indonesia, menggunjang dunia pun dapat dilakukan
oleh pemuda.
Oleh karena itu, para pemuda Indonesia sejatinya bisa menjadikan bangsa ini
ke arah yang lebih baik, diawali dengan mencintai tanah air Indonesia karena
dengan adanya rasa cinta atau nasionalisme akan menumbuhkan semangat juang
dalam diri kita untuk kemudian dapat membangun negeri ini.
MOS
Tumbuhkan Rasa Nasionalisme di Jember dan Lamongan
By on 30 Jul 2015 at 07:41 WIB
Liputan6.com, Jember - Dengan
mengenakan kostum perang, ratusan siswa SMKN 3 Jember, Jawa Timur mengikuti
Masa Orientasi Siswa atau (MOS).
Seperti
ditayangkan Liputan 6
Pagi SCTV, Kamis (30/7/2015), dengan dipandu oleh panitia, para siswa baru
diajak berkeliling sekolah baru mereka. Kostum perang sengaja dipilih
untuk membuka wawasan kebangsaan para murid baru. Selain itu, kostum seperti
ini juga mudah diperoleh sehingga tidak menyulitkan siswa.
"MOS
tidak terlalu ribet, hanya kita menggunakan barang-barang standar untuk petani
dan juga temanya pejuang," ucap salah seorang siswa peserta MOS.
Suasana
berbeda terlihat di SMAN 1 Lamongan, Jawa Timur. Para siswa baru peserta MOS
mendapat pelatihan khusus dari tentara. Di tengah lapangan sekolah, mereka
menjalani pelatihan baris-berbaris.
Selain
itu, siswa juga diberi materi wawasan kebangsaan untuk menumbuhkan rasa
nasionalisme. Menurut panitia, acara ini sudah berlangsung sejak tahun lalu dan
sengaja dilakukan oleh tentara atau polisi yang benar-benar memiliki kemampuan
di bidangnya masing-masing.
"MOS tahun ini, tahun-tahun sebelumnya juga sudah melibatkan polisi dan
tentara. Itu supaya yang disampaikan sesuai dengan bidangnya. Terutama
Pelatihan Baris-berbaris (PBB) dari tentara atau polisi," ucap Kepala
Sekolah SMAN 1 Lamongan Kiswanto.
Tingkatkan Nasionalisme, Jokowi: Jangan Hanya Tahu FB, Twitter...
Liputan6.com, Jakarta - Gubernur
DKI Jakarta Joko Widodo menyatakan, nilai nasionalisme dan kesopan-santunan di
Indonesia sudah luntur. Hal itu lantaran kurangnya pengarahan dari para
pendidik.
"Bukan hanya nasionalisme, bukan hanya masalah kedisiplinan tetapi masalah etika, masalah kesopan-santunan. Ini harus dimulai kembali. Kalau ndak kita akan seperti ini," ujar gubernur yang akrab disapa Jokowi itu di Balaikota Jakarta, Rabu (19/3/2014).
Jokowi mencontohkan, banyak aksi unjuk rasa dengan melempar hujatan, cacimaki dan cemooh. Hal ini tak ubahnya menghilangkan budaya bangsa, karena budaya Indonesia itu santun. "Coba lihat, demo teriak-teriak kaya kita itu bukan budaya Indonesia. Menghujat, mencemooh temen-temen sendiri. Budaya kita nggak punya seperti itu sebetulnya. Saling mencaci. Itu yang harus mulai diubah," katanya. Menurut Mantan Walikota Solo ini, anak-anak muda di Indonesia seakan sudah melupakan pelajaran dasar yang dulu telah menjadi tradisi. Misalnya, baris-berbaris sebelum masuk kelas, kemudian membaca doa, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. "Baris berbaris, baca doa, nyanyiin lagu Indonesia Raya, sudah tidak lihat lagi. Jangan hanya tahunya main FB, Twitter, Instagram, Path," ujar Jokowi mencontohkan. Harusnya, kata Jokowi, budaya Ketimuran lebih dipertahankan. Sehingga budaya dan karakter bangsa Indonesia tetap terjaga. "Yang berkaitan dengan etika, sopan santun, dan yang berhubungan dengan pembentukan katakter itu lebih ditekankan," pungkas Jokowi.
Perayaan 17 Agustus
Nasionalisme
Remaja Anda Luntur? Kembalikan dengan Cara Ini
Senin, 17
Agustus 2015, 06:36 WIB
Republika/
Wihdan
Aneka
pernak-pernik menyambut Hari Kemerdekaan ke-70 dijajakan oleh penjual di
Kawasan Jatinegara, Jakarta, Rabu (12/8).
REPUBLIKA.CO.ID, Ketika
beranjak remaja, biasanya anak remaja mulai luntur rasa cinta Tanah Airnya.
Misalnya, remaja lebih senang lagu barat, makanan barat, dan budaya barat
lainnya.
Bagaimana
cara menumbuhkan kembali rasa cinta Tanah Air? Di usia ini anak kemungkinan
rada sulit diberi pemahaman. Remaja umumnya memiliki pendapatnya sendiri dan
mulai menentang.
Menurut
Psikolog Anak, Ine Indriani MPsi, rasa cinta Tanah Air atau nasionalisme
sepatutnya ditumbuhkan dari kecil. Apa yang sudah ditumbuhkan dari kecil maka
akan lebih bisa terbawa hingga dewasa.
Mengajarkan
cinta Tanah Air perlu dengan cara yang menyenangkan dan kreatif terutama untuk
remaja agar tidak berasa terpaksa dan rasa cinta itu benar-benar tumbuh. “Untuk
remaja tentu caranya perlu lebih kreatif misalnya mengunakan baju tradisional
dengan nuansa modern, mengajak wisata dan menumbuhkan kreativitas anak dari
produk dalam negeri,” jelasnya kepada ROL, Ahad
(16/8).
Karena itu,
Ine menegaskan penting sekali mengajarkan dan menanamkan ke anak rasa cinta
Tanah Air sejak dini. Manfaatnya sangat besar, sampai dewasa selain menjadi
menghargai bangsanya juga mereka akan memiliki motivasi untuk membangun
negerinya.
Bila
suatu saat dia pergi ke luar negeri untuk sekolah, anak akan balik lagi untuk
membangun negerinya sehingga memajukan bangsa. Anak juga terpacu untuk merawat,
menjaga kelestarian negara dan budayanya, dan mengembangkan produk-produk
Indonesia. Jika tidak diajarkan sejak dini rasa cinta Tanah Air. Dampak
negatifnya ke depan, anak cenderung mudah terbawa dengan budaya luar yang
nilai-nilainya bisa berbeda dengan budaya sendiri. Terlebih budaya luar
cenderung lebih bebas, dan lainnya. Anak bahkan ada juga yang tidak menghargai
dan mencintai bahasanya sendiri. Sehingga rasa kepemilikan dan menghargai
menjadi berkurang terhadap negaranya.
Tidak ada yang berani menyangkal bahwa Indonesia merupakan satu - satunya negara kepulauan di dunia yang dianugerahi dengan beragam kekayaan alam maupun kekayaan budaya. Begitu banyak budaya daerah yang tersebar diseluruh tanah air, yang kesemuanya itu bermuara menjadi budaya nasional bangsa Indonesia. Perbedaan tersebut tidak lantas menjadi alasan untuk berpecah belah ataupun terkikisnya solidaritas dikalangan masyarakat Indonesia. Hal itu tidak pula layak untuk dijadikan benteng perlindungan bagi tumbuh berkembangnya sikap sukuisme yang pada akhirnya merupakan kendala dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.Menyikapi kondisi aktual yang berkembang, bangsa ini dihadapkan pada dua tantangan. Pertama, menjaga kemurnian esensi dan hakikat nasionalisme, yang berarti juga menjaga kemurnian nilai - nilai kemanusian. Kedua, berupaya secara aktif mengantisipasi perkembangan situasi zaman khususnya arus globalisasi yang sedemikian hebat pengaruh implikasinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada giliranya, dalam mengawal reformasi yang terus bergulir, maka semangat nasionalisme perlu digugah kembali.
Seiring
berkembangnya zaman, rasa nasionalisme semakin memudar. Hal ini dibuktikan dari
berbagai sikap dalam memaknai berbagai hal penting bagi Negara Indonesia.
Contoh sederhana yang menggambarkan betapa kecilnya rasa nasionalisme,
diantaranya adalah:
a.Pada
saat mengikuti upacara bendera, masih banyak rakyat yang tidak memaknai arti dari upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang keras untuk mengambil kemerdekaan dari tangan
para penjajah. Para pemuda seakan sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa
mengikuti upacara dengan khidmad.
b.Pada
peringatan hari-hari besar nasional, seperti Sumpah Pemuda, hanya dimaknai sebagai serermonial dan hiburan saja tanpa menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme dalam benak mereka.
c.Masyarakat
lebih tertarik terhadap produk impor dibandingkan dengan produk buatan dalam
negeri,lebih banyak mencampurkan bahasa asing dengan bahasa Indonesia untuk meningkatkan gengsi, dan lain-lain.
d.Semua
identitas bangsa Indonesia baik itu bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lain sebagainya hanyalah merupakan simbol, simbol bahwa
negara Indonesia masih berdiri tegak dan mampu mensejajarkan dirinya dengan
bangsa lain.
Bagaimana kita bisa bangga menjadi bangsa ini jika kita malas dan malu memakai atribut bangsa Indonesia ini. Kurangnya kesadaran masyarakat “hanya” untuk memasang bendera di depan rumah, kantor atau pertokoan. Dan bagi yang tidak mengibarkannya mereka punya berbagai macam alasan entah benderanya sudah sobek atau tidak punya tiang bendera, malas , cuaca buruk, dan lain-lain. Mereka mampu membeli sepeda motor baru, baju baru tiap tahun yang harganya ratusan bahkan jutaan tapi mengapa untuk bendera merah putih yang harganya tidak sampai ratusan saja mereka tidak sanggup?
Bagaimana kita bisa bangga menjadi bangsa ini jika kita malas dan malu memakai atribut bangsa Indonesia ini. Kurangnya kesadaran masyarakat “hanya” untuk memasang bendera di depan rumah, kantor atau pertokoan. Dan bagi yang tidak mengibarkannya mereka punya berbagai macam alasan entah benderanya sudah sobek atau tidak punya tiang bendera, malas , cuaca buruk, dan lain-lain. Mereka mampu membeli sepeda motor baru, baju baru tiap tahun yang harganya ratusan bahkan jutaan tapi mengapa untuk bendera merah putih yang harganya tidak sampai ratusan saja mereka tidak sanggup?
Jika ditinjau
dari sudut pandang, gejala ini mulai terlihat sejak era reformasi karena pada
masa orde baru, pemasangan bendera adalah sesuatu yang bersifat wajib. Sejak
era reformasi, animo masyarakat untuk turut andil dalam memeriahkan Dirgahayu
RI juga berkurang. Pada masa sekarang ini sudah sulit ditemukan
perlombaan-perlombaan 17-an. Padahal pada masa orde baru, suasana 17-an telah
dirasakan sejak awal Agustus. Perlombaan 17-an merupakan kegiatan rutin setiap
tahunnya dan sudah menjadi budaya baru di negara ini. Melalui kegiatan ini
dapat ditanamkan nilai-nilai nasionalisme ke dalam diri generasi muda yang
nantinya menjadi penerus bangsa. Contoh, dalam permainan panjat pinang yang
paling sulit diraih adalah bendera dan harus melalui usaha keras untuk
mendapatkannya. Dari hal kecil tersebut terkandung nilai pembelajaran yang
sangat tinggi yaitu untuk merebut kemerdekaan, para pahlawan berjuang
mati-matian tanpa mengenal lelah dan tentunya disertai dengan rasa keikhlasan
hati. Terakhir, hal yang paling ironis adalah bangsa ini pada kenyataannya
kurang menghargai jasa-jasa para pahlawan yang masih hidup hingga sekarang.
Mereka yang dahulu telah mengorbankan segalanya untuk kemerdekaan Indonesia
justru mendapatkan imbalan berupa kehidupan yang tidak layak disisa umur mereka.
Padahal dapat dibayangkan apabila dahulu para pahlawan tidak mau berjuang,
pastinya Indonesia masih dalam penjajahan bangsa asing.
Sebenarnya
nasib kita masih lebih baik dan beruntung daripada para pejuang dulu, kita
hanya meneruskan perjuangan mereka tanpa harus mengorbankan nyawa dan
harta.Nasionalisme kita semakin luntur dan akankah punah tergilas modernisasi
dan individualis. Masih banyak bentuk nasionalisme lain yang kita rasakan
semakin memudar. Kurangnya kecintaan kita terhadap produk dalam negeri dan
merasa bangga kalau bisa memakai produk dalam negeri. Kegilaan kita tripping
keluar negeri padahal negeri sendiri belum tentu dijelajahi. Kita belum
tersadar betul bahwa lambat laun sikap-sikap seperti itu akan semakin
menjauhkan kecintaan kita kepada negeri ini.
Rasa
nasionalisme bangsa pada saat ini hanya muncul bila ada suatu faktor pendorong,
seperti kasus pengklaiman beberapa kebudayan dan pulau-pulau kecil
Indonesia seperti Sipadan, Ligitan , serta Ambalat oleh Malaysia beberapa waktu
yang lalu. Namun rasa nasionalisme pun kembali berkurang seiring dengan
meredanya konflik tersebut.
Globalisasi membawa pengaruh negatif terhadap nilai-nilai
nasionalisme
Globalisasi
adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah. Globalisasi
tentunya sangat membawa pengaruh termasuk pengaruh terhadap nilai-nilai
nasionalisme,diantaranya adalah:
a.Hilangnya
rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (sepertiMc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
b.Masyarakat
kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa
Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
c.Mengakibatkan
adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya
persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan
nasional bangsa.
d.Munculnya
sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme, maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Melunturnya Nasionalisme dengan Kehancuran Bangsa
Masyarakat,
khususnya generasi muda adalah penerus bangsa. Bangsa akan menjadi maju bila
para pemudanya memiliki sikap nasionalisme yang tinggi. Namun dengan
perkembangan zaman yang semakin maju, malah menyebabkan memudarnya rasa
nasionalisme. Nasionalisme sangat penting terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara karena merupakan wujud kecintaan dan kehormatan terhadap bangsa
sendiri. Dengan hal itu, pemuda dapat melakukan sesuatu yang terbaik bagi
bangsanya, menjaga keutuhan persatuan bangsa, dan meningkatkan martabat bangsa
dihadapan dunia.
Namun,
dengan memudarnya rasa nasionalisme dapat mengancam dan menghancurkan bangsa
Indonesia. Hal itu terjadi karena ketahanan nasional akan menjadi lemah dan
dapat dengan mudah ditembus oleh pihak luar. Bangsa Indonesia sudah dijajah
sedari dulu sejak rasa nasionalisme pemuda memudar. Bukan dijajah dalam bentuk
fisik, namun dijajah secara mental dan ideologi.
Banyak
sekali kebudayaan dan paham barat yang masuk ke dalam bangsa Indonesia. Banyak
budaya dan paham barat yang berpengaruh negatif dapat dengan mudah masuk dan
diterima oleh bangsa Indonesia. Dengan terjadinya hal itu, maka akan terjadi
akulturasi, bahkan menghilangnya kebudayaan dan kepribadian bangsa yang
seharusnya menjadi jati diri bangsa.
Dalam
aspek perekonomian Negara, dengan memudarnya rasa nasionalisme, mengakibatkan
perekonomian bangsa Indonesia jauh tertinggal dari Negara-negara tetangga. Saat
ini masyarakat hanya memikirkan apa yang Negara berikan untuk mereka, bukan
memikirkan apa yang mereka dapat berikan pada Negara. Dengan keegoisan inilah,
masyarakat lebih menuntut hak daripada kewajibannya sebagai warga Negara. Sikap
individual yang lebih mementingkan diri sendiri dan hanya memperkaya diri
sendiri tanpa memberikan retribusi pada Negara, mengakibatkan perekonomian
Negara semakin lemah.
Upaya untuk Menumbuhkan Kembali Nasionalisme Bangsa
a.Peran Keluarga
•
memberikan pendidikan sejak dini tentang sikap nasionalisme dan patriotisme terhadap bangsa Indonesia.
•
memberikan contoh atau teladan tentang rasa kecintaan dan penghormatan pada
bangsa.
•
memberikan pengawasan yang menyeluruh kepada anak terhadap lingkungan sekitar.
• selalu
menggunakan produk dalam negeri.
b.Peran Pendidikan
•
memberikan pelajaran tentang pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dan juga
bela Negara.
•
menanamkan sikap cinta tanah air dan menghormati jasa pahlawan dengan
mengadakan upacara setiap hari senin dan upacara hari besar nasional serta
dapat mengikutinya dengan khidmat.
•
memberikan pendidikan moral, sehingga para pemuda tidak mudah menyerap hal-hal negatif yang dapat mengancam ketahanan nasional.
• melatih
untuk aktif berorganisasi.
c.Peran Pemerintah
•Menggalakan
berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme, seperti seminar
dan pameran kebudayaan.
•Mewajibkan
pemakaian batik kepada pegawai negeri sipil setiap hari jum’at. Hal ini dilakukan karena batik merupakan sebuah kebudayaan asli Indonesia, yang
diharapkan dengan kebijakan tersebut dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan
patrotisme bangsa.
•Lebih
mendengarkan dan menghargai aspirasi pemuda untuk membangun Indonesia agar lebih baik lagi.
· Mengadakan
penyuluhan tentang nasionalisme disekolah-sekolah, maupun dikalangan masyarakat
lainnya.
Sebagai generasi muda bangsa Indonesia, kita harus membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air yang cenderung meredup ditengah peliknya masalah ekonomi dan politik bangsa ini, semangat akan nilai-nilai nasionalisme harus tetap dijalankan. Hal ini kita lakukan untuk mewariskan jiwa patriot dan rasa cinta tanah air kepada generasi anak cucu pada masa mendatang. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa dan kerja keras para pahlawannya. Nasionalisme yang harus dibangkitkan kembali adalah nasionalisme yang diarahkan untuk mengatasi semua permasalahan di atas, bagaimana bisa bersikap jujur, adil, disiplin, berani melawan kesewenang-wenangan, tidak korupsi, toleran, dan lain-lain.
Saya juga pernah membaca buku berjudul "Arab Spring",dalam buku
tersebut menceritakan tentang bagaimana perjuangan seorang mahasiswa dalam
melawan pemerintahan yang otoriter,yang menyebabkan rakyat Arab hidup
menderita,perekonomian yang berantakan,terjadi korupsi,dan inflasi.Kemudian
mahasiswa tersebut berunjuk rasa denga cara membakar tubuhya sendiri di hadapan
orang banyak.Aksi nekadnya itu mendapat respon positif dari masyarakat di Arab
dan beritanya tersebar luas di berbagai media masa.Tak disangka aksi heroiknya
tersebut menjadikan keberanian masyarakat di Arab semakin kuat untuk melawan
pemerintahan yang otoriter,tak bertanggung jawab,menyebabkan rakyat hidup
mederita,bahkan banyak terjadi pertumpahan darah mulai dari anak-anak,remaja,orang
dewasa,bahkan orang lanjut usia.
Dari kejadian tersebut,saya dapat menyimpulkan bahwa aksi yang dilakukan
mahasiswa tersebut telah menunjukkan jiwa nasionalismenya dan patriotiknya
dalam negaranya.Ia tidak takut untuk melawan pemerintahan yang sangat kejam
hanya untuk meraih kemakmuran dan kebahagiaan rakyat di Arab.
Lalu bagaimana dengan nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia keturunan Tionghoa?Berdasarkan buku yang pernah saya baca yang berjudul "WNI Keturunan Tionghoa dalam Stabilitas Ekonomi & Politik Indonesia" karangan DR.IR.Justian Suhandinata,SE,mengisahkan bagaimana pemuda Indonesia ketutunan Tionghoa berperan penting bagi Indonesia.Tidak asing rasanya komentar, bahwa etnis Tionghoa tidak punya nasionalisme terhadap Republik Indonesia. Hal ini juga berlaku pada kalangan muda etnis Tionghoa. Mereka dicap lebih suka sekolah dan tinggal di luar negeri, tidak punya rasa ingin membangun Indonesia, kalau negara sedang susah, lalu dengan mudahnya pergi ke negara lain, dan lain sebagainya.
Komentar seperti ini juga terdengar pasca kerusuhan rasial Mei 1998. Dalam surat kabar marak diberitakan kritik bahwa eksodus etnis Tionghoa ini adalah wujud dari kurangnya rasa nasionalisme; tanpa melihat kenyataan bahwa pada saat itu etnis Tionghoa berada dibawah ancaman fisik dan tidak ada jaminan perlindungan pasti dari aparat berwajib.
Stereotipe ini kuat melekat pada etnis Tionghoa. Menciptakan jarak antara etnis Tionghoa dan etnis lainnya di Indonesia. Padahal, sebelum pemerintahan Orde Baru, sejumlah sejarah Indonesia diukir bersama oleh pemuda berbagai etnis di Indonesia, termasuk etnis Tionghoa. Dalam perang melawan penjajah Belanda, ketika Sumpah Pemuda dicetuskan, saat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk, sampai jabatan-jabatan kementrian kabinet-kabinet awal republik ini berdiri, etnis Tionghoa terlibat aktif, tanpa berpikir sedikitpun bahwa mereka ‘bukan orang Indonesia’.
Hal ini yang kemudian disembunyikan selama masa Orde Baru. Peran etnis Tionghoa disamarkan. Digiring dalam satu bidang bersama proses desinoisasi. Mereka boleh maju, tapi hanya di bidang ekonomi saja. “Anak-anak Tionghoa ini sudah digiring menjadi economic animal semua. Hanya bisa masuk ke sektor-sektor bisnis. Kenapa? Karena selama 32 tahun mereka dibatasi. Masuk ke sekolah negri dibatasi. Masuk sekolah swasta kena proporsi.
Walaupun hasil dari jajak pendapat ini tidak mewakili jawaban keseluruhan dari etnis Tionghoa, namun dapat menggambarkan bahwa telah terjadi sebuah proses akulturasi dari etnis Tionghoa muda.
Tampak bahwa para sebagian besar mahasiswa sudah tidak lagi terganggu dengan sebutan ‘Cina’ karena memang mereka tidak mengalami saat-saat diskriminasi hebat melanda etnis Tionghoa di tahun 1965. Saat itu banyak perlakuan diskriminatif berlaku karena imbas politik. Contohnya adalah dipakainya kata ‘Cina’ sebagai pengganti Tionghoa untuk menebar inferioritas. Selain itu banyak profesi yang tidak bisa dinikmati etnis Tionghoa seperti di tahun 1900an. Saat itu 4 profesi teratas etnis Tionghoa adalah menjadi guru/dosen, dokter, wartawan dan pengacara. Namun di tahun 1965, etnis Tionghoa tidak bisa bergerak bebas di sektor manapun selain pedagang.
Generasi saat ini mempunyai dunia yang baru dimana masa depan mereka terpampang luas dengan hak dan kewajiban yang sudah dipulihkan. Nyata bahwa mereka pun punya minat di bidang-bidang lain. Maka ini saatnya untuk membuktikan dan membaktikan diri sebaik-baiknya.
Pada
akhirnya kita harus memutuskan rasa kebangsaan kita harus dibangkitkan kembali.
Namun bukan nasionalisme dalam bentuk awalnya seabad yang lalu. Nasionalisme
yang harus dibangkitkan kembali adalah nasionalisme yang diarahkan untuk
mengatasi berbagai permasalahan, bagaimana bisa bersikap jujur, adil, disiplin,
berani melawan kesewenang-wenangan, tidak korupsi, toleran, dan lain-lain. Bila
tidak bisa, artinya kita tidak bisa lagi mempertahankan eksistensi bangsa dan
negara dari kehancuran total.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar