Jumat, 23 Oktober 2015

Upaya Meningkatkan Nasionalisme Remaja

Arti kata nasionalisme dalam KBBI:
na·si·o·na·lis·me n 1 paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan: -- makin menjiwai bangsa Indonesia; 2 kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan.

Hans Khon(Redja Mudyaharjo, 2002) mengemukakan nasionalisme adalah sebagai kemauan hidup bersama, yaitu suatu paham yang memberikan ilham kepada sebagian besar penduduk dan mewajibkan dirinya untuk mengilhami anggota-angotanya.
Joseph Ernest Renan(1822-1892) mengemukakan pengertian nasionalisme yang didasarkan atas manusia, bahwa bangsa itu adalah segerombolan manusia yang berkehendak untuk bersatu.
Sedangkan paham nasionalisme yang didasarkan atas perpaduan politik-ekonomi-sosial budaya dikemukakan oleh Hans Kohn adalah paham yang menekankan pada kesetiaan tertinggi individu yang harus diserahkan kepada negara kebangsaan.
Louis Snyder mengemukakan bahwa nasionalisme adalah hasil dari faktor-faktor politik, ekonomi, sosial dan intelektual pada suatu tahapan dalam sejarah.Seperti yang terjadi di indonesia, perjuangan yang di lakukan untuk mengusir para penjajah dari tanah air sejak tahun 1908 itu bersifat nasional atau nasionalisme.
  - Ernest Renan: Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara.
- Otto Bauar: Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter
yang timbul karena perasaan senasib.
- Hans Kohn, Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National
Counciousness. Dengan perkataan lain nasionalisme adalah bentuk dari kesadaran
nasional berbangsa dan bernegara sendiri. Dan kesadaran nasional inilah yang
membentuk nation dalam arti politik, yaitu negara nasional.
- . Stoddard: Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh
sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai
perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
- Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and Politics
mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu:
1. Hasrat untuk mencapai kesatuan.
2. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan.
3. Hasrat untuk mencapai keaslian.
4. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.
- Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan faktor-faktor politik,
ekonomi, sosial, dan intelektual. Nasionalisme timbul dari diri kita sendiri, rasa itu
timbul jika kita meraskan hal yang sama dengan orang lain ataupun masyarakat yang lainnya.
Jadi nasionalisme berbanding lurus dengan persamaan anatara individu yang satu
dengan individu yang lainnya.


Berita terkait nasionalisme remaja di Indonesia:

Gelombang Nasionalisme Pemuda Indonesia
By on13 Des 2013 at 11:46 WIB
Citizen6, Semarang: Balakangan ini, banyak permasalahan yang muncul di bumi pertiwi mulai dari kemiskinan, kesenjangan yang semakin lebar, korupsi yang semakin merajalela, degradasi moral masyarakat hingga maraknya tawuran antar pelajar yang mengundikasi hilangnya rasa nasionalisme pemuda bangsa Indonesia. Padahal, rasa nasionalisme merupakan elemen yang sangat penting untuk kita dapat memajukan bangsa ini.
 Rendahnya rasa cinta kepada tanah air atau yang populer dengan sebutan nasionalisme merupakan dampak dari adanya intervensi budaya luar yang masuk di Indonesia dan menjamah pada seluruh bidang kehidupan masyarakat serta ketidakmampuan bangsa kita untuk menyaring budaya yang masuk hingga kita hanya bisa menerimanya bulat-bulat meskipun hal itu jelas-jelas bertentangan dengan ideologi, prinsip dan perilaku masyarakat Indonesia. Hedonisme yang lebih populer dari kerakyatan, individualisme yang melemahkan gotong royong, ideologi barat yang diagungkan melebihi Pancasila, demonstrasi anarki yang mangalahkan demokrasi musyawarah-mufakat, dan asas persamaan yang melupakan Bhinneka Tunggal Ika. Semua hal itu yang sekarang terpatri dalam benak masyarakat Indonesia, yang merupakan pemicu konflik, perpecahan hingga "kehancuran" dalam masyarakat kita. Untuk menghindari hal itu terjadi, memang bukan pekerjaan yang mudah dan bukan hanya pekerjaan dari pemerintah dan jajarannya saja. Ini merupakan pekerjaan besar bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia terkhusus pemuda-pemuda bangsa yang digadang-gadang sebagai penerus bangsa dan agent of change masyarakat kita. 
 Pemuda Indonesia sejatinya perlu mendapat asupan ahlak dan moral yang kuat hingga bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air. Nasionalisme yang kuat, tak mudah tergoyahkan oleh pemikiran-pemikiran luar, tak dapat dirusak oleh budaya asing yang sejatinya memang tidak cocok bagi masyarakat Indonesia secara umum.
Peran pemuda terhadap nasionalisme Indonesia harus dimulai dari sekarang. Pembelajaran formal di sekolah, membaca buku-buku atau artikel tentang sejarah, mengunjungi museum-museum merupakan sarana bagi para pemuda untuk bisa menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap bangsa ini. Seperti yang dikatakan oleh orator ulung sekaligus Presiden pertama Indonesia yakni Ir. Soekarno, salah satu kutipan yang paling terkenal adalah "Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia" ini menandakan bahwa pemuda memiliki kemampuan yang sangat dahsyat jangankan untuk memperbaiki Indonesia, menggunjang dunia pun dapat dilakukan oleh pemuda.
 Oleh karena itu, para pemuda Indonesia sejatinya bisa menjadikan bangsa ini ke arah yang lebih baik, diawali dengan mencintai tanah air Indonesia karena dengan adanya rasa cinta atau nasionalisme akan menumbuhkan semangat juang dalam diri kita untuk kemudian dapat membangun negeri ini.

MOS Tumbuhkan Rasa Nasionalisme di Jember dan Lamongan
By on 30 Jul 2015 at 07:41 WIB
Liputan6.com, Jember - Dengan mengenakan kostum perang, ratusan siswa SMKN 3 Jember, Jawa Timur mengikuti Masa Orientasi Siswa atau (MOS).
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (30/7/2015), dengan dipandu oleh panitia, para siswa baru diajak berkeliling sekolah baru mereka. Kostum  perang sengaja dipilih untuk membuka wawasan kebangsaan para murid baru. Selain itu, kostum seperti ini juga mudah diperoleh sehingga tidak menyulitkan siswa.
"MOS tidak terlalu ribet, hanya kita menggunakan barang-barang standar untuk petani dan juga temanya pejuang," ucap salah seorang siswa peserta MOS.
Suasana berbeda terlihat di SMAN 1 Lamongan, Jawa Timur. Para siswa baru peserta MOS mendapat pelatihan khusus dari tentara. Di tengah lapangan sekolah, mereka menjalani pelatihan baris-berbaris.
Selain itu, siswa juga diberi materi wawasan kebangsaan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme. Menurut panitia, acara ini sudah berlangsung sejak tahun lalu dan sengaja dilakukan oleh tentara atau polisi yang benar-benar memiliki kemampuan di bidangnya masing-masing.
"MOS tahun ini, tahun-tahun sebelumnya juga sudah melibatkan polisi dan tentara. Itu supaya yang disampaikan sesuai dengan bidangnya. Terutama Pelatihan Baris-berbaris (PBB) dari tentara atau polisi," ucap Kepala Sekolah SMAN 1 Lamongan Kiswanto.


 
Tingkatkan Nasionalisme, Jokowi: Jangan Hanya Tahu FB, Twitter...
By Widji Ananta on 19 Mar 2014 at 12:49 WIB
Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menyatakan, nilai nasionalisme dan kesopan-santunan di Indonesia sudah luntur. Hal itu lantaran kurangnya pengarahan dari para pendidik.

"Bukan hanya nasionalisme, bukan hanya masalah kedisiplinan tetapi masalah etika, masalah kesopan-santunan. Ini harus dimulai kembali. Kalau ndak kita akan seperti ini," ujar gubernur yang akrab disapa Jokowi itu di Balaikota Jakarta, Rabu (19/3/2014).

Jokowi mencontohkan, banyak aksi unjuk rasa dengan melempar hujatan, cacimaki dan cemooh. Hal ini tak ubahnya menghilangkan budaya bangsa, karena budaya Indonesia itu santun. "Coba lihat, demo teriak-teriak kaya kita itu bukan budaya Indonesia. Menghujat, mencemooh temen-temen sendiri. Budaya kita nggak punya seperti itu sebetulnya. Saling mencaci. Itu yang harus mulai diubah," katanya. Menurut Mantan Walikota Solo ini, anak-anak muda di Indonesia seakan sudah melupakan pelajaran dasar yang dulu telah menjadi tradisi. Misalnya, baris-berbaris  sebelum masuk kelas, kemudian membaca doa, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. "Baris berbaris, baca doa, nyanyiin lagu Indonesia Raya, sudah tidak lihat lagi. Jangan hanya tahunya main FB, Twitter, Instagram, Path," ujar Jokowi mencontohkan. Harusnya, kata Jokowi, budaya Ketimuran lebih dipertahankan. Sehingga budaya dan karakter bangsa Indonesia tetap terjaga. "Yang berkaitan dengan etika, sopan santun, dan yang berhubungan dengan pembentukan katakter itu lebih ditekankan," pungkas Jokowi.


Perayaan 17 Agustus
Nasionalisme Remaja Anda Luntur? Kembalikan dengan Cara Ini
Senin, 17 Agustus 2015, 06:36 WIB

Republika/ Wihdan

Aneka pernak-pernik menyambut Hari Kemerdekaan ke-70 dijajakan oleh penjual di Kawasan Jatinegara, Jakarta, Rabu (12/8).

 REPUBLIKA.CO.ID, Ketika beranjak remaja, biasanya anak remaja mulai luntur rasa cinta Tanah Airnya. Misalnya, remaja lebih senang lagu barat, makanan barat, dan budaya barat lainnya.
Bagaimana cara menumbuhkan kembali rasa cinta Tanah Air? Di usia ini anak kemungkinan rada sulit diberi pemahaman. Remaja umumnya memiliki pendapatnya sendiri dan mulai menentang.
Menurut Psikolog Anak, Ine Indriani MPsi, rasa cinta Tanah Air atau nasionalisme sepatutnya ditumbuhkan dari kecil. Apa yang sudah ditumbuhkan dari kecil maka akan lebih bisa terbawa hingga dewasa.
Mengajarkan cinta Tanah Air perlu dengan cara yang menyenangkan dan kreatif terutama untuk remaja agar tidak berasa terpaksa dan rasa cinta itu benar-benar tumbuh. “Untuk remaja tentu caranya perlu lebih kreatif misalnya mengunakan baju tradisional dengan nuansa modern, mengajak wisata dan menumbuhkan kreativitas anak dari produk dalam negeri,” jelasnya kepada ROL, Ahad (16/8).
Karena itu, Ine menegaskan penting sekali mengajarkan dan menanamkan ke anak rasa cinta Tanah Air sejak dini. Manfaatnya sangat besar, sampai dewasa selain menjadi menghargai bangsanya juga mereka akan memiliki motivasi untuk membangun negerinya.
Bila suatu saat dia pergi ke luar negeri untuk sekolah, anak akan balik lagi untuk membangun negerinya sehingga memajukan bangsa. Anak juga terpacu untuk merawat, menjaga kelestarian negara dan budayanya, dan mengembangkan produk-produk Indonesia. Jika tidak diajarkan sejak dini rasa cinta Tanah Air. Dampak negatifnya ke depan, anak cenderung mudah terbawa dengan budaya luar yang nilai-nilainya bisa berbeda dengan budaya sendiri. Terlebih budaya luar cenderung lebih bebas, dan lainnya. Anak bahkan ada juga yang tidak menghargai dan mencintai bahasanya sendiri. Sehingga rasa kepemilikan dan menghargai menjadi berkurang terhadap negaranya.

Tidak ada yang berani menyangkal bahwa Indonesia merupakan satu - satunya negara kepulauan di dunia yang dianugerahi dengan beragam kekayaan alam maupun kekayaan budaya. Begitu banyak budaya daerah yang tersebar diseluruh tanah air, yang kesemuanya itu bermuara menjadi budaya nasional bangsa Indonesia. Perbedaan tersebut tidak lantas menjadi alasan untuk berpecah belah ataupun terkikisnya solidaritas dikalangan masyarakat Indonesia. Hal itu tidak pula layak untuk dijadikan benteng perlindungan bagi tumbuh berkembangnya sikap sukuisme yang pada akhirnya merupakan kendala dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.Menyikapi kondisi aktual yang berkembang, bangsa ini dihadapkan pada dua tantangan. Pertama, menjaga kemurnian esensi dan hakikat nasionalisme, yang berarti juga menjaga kemurnian nilai - nilai kemanusian. Kedua, berupaya secara aktif mengantisipasi perkembangan situasi zaman khususnya arus globalisasi yang sedemikian hebat pengaruh implikasinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada giliranya, dalam mengawal reformasi yang terus bergulir, maka semangat nasionalisme perlu digugah kembali.
 Seiring berkembangnya zaman, rasa nasionalisme semakin memudar. Hal ini dibuktikan dari berbagai sikap dalam memaknai berbagai hal penting bagi Negara Indonesia. Contoh sederhana yang menggambarkan betapa kecilnya rasa nasionalisme, diantaranya adalah:
a.Pada saat mengikuti upacara bendera, masih banyak rakyat yang tidak memaknai arti       dari upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk menghormati dan menghargai       para pahlawan yang telah berjuang keras untuk mengambil kemerdekaan dari tangan para   penjajah. Para pemuda seakan sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa mengikuti upacara   dengan khidmad.
b.Pada peringatan hari-hari besar nasional, seperti Sumpah Pemuda, hanya dimaknai           sebagai serermonial dan hiburan saja tanpa menumbuhkan rasa nasionalisme dan               patriotisme dalam benak mereka.
c.Masyarakat lebih tertarik terhadap produk impor dibandingkan dengan produk buatan       dalam negeri,lebih banyak mencampurkan bahasa asing dengan bahasa Indonesia untuk     meningkatkan gengsi, dan lain-lain.
d.Semua identitas bangsa Indonesia baik itu bendera merah putih, lagu kebangsaan               Indonesia Raya dan lain sebagainya hanyalah merupakan simbol, simbol bahwa negara       Indonesia masih berdiri tegak dan mampu mensejajarkan dirinya dengan bangsa lain.

  Bagaimana kita bisa bangga menjadi bangsa ini jika kita malas dan malu memakai atribut bangsa Indonesia ini. Kurangnya kesadaran masyarakat “hanya” untuk memasang bendera di depan rumah, kantor atau pertokoan. Dan bagi yang tidak mengibarkannya mereka punya berbagai macam alasan entah benderanya sudah sobek atau tidak punya tiang bendera, malas , cuaca buruk, dan lain-lain. Mereka mampu membeli sepeda motor baru, baju baru tiap tahun yang harganya ratusan bahkan jutaan tapi mengapa untuk bendera merah putih yang harganya tidak sampai ratusan saja mereka tidak sanggup?
  Jika ditinjau dari sudut pandang, gejala ini mulai terlihat sejak era reformasi karena pada masa orde baru, pemasangan bendera adalah sesuatu yang bersifat wajib. Sejak era reformasi, animo masyarakat untuk turut andil dalam memeriahkan Dirgahayu RI juga berkurang. Pada masa sekarang ini sudah sulit ditemukan perlombaan-perlombaan 17-an. Padahal pada masa orde baru, suasana 17-an telah dirasakan sejak awal Agustus. Perlombaan 17-an merupakan kegiatan rutin setiap tahunnya dan sudah menjadi budaya baru di negara ini. Melalui kegiatan ini dapat ditanamkan nilai-nilai nasionalisme ke dalam diri generasi muda yang nantinya menjadi penerus bangsa. Contoh, dalam permainan panjat pinang yang paling sulit diraih adalah bendera dan harus melalui usaha keras untuk mendapatkannya. Dari hal kecil tersebut terkandung nilai pembelajaran yang sangat tinggi yaitu untuk merebut kemerdekaan, para pahlawan berjuang mati-matian tanpa mengenal lelah dan tentunya disertai dengan rasa keikhlasan hati. Terakhir, hal yang paling ironis adalah bangsa ini pada kenyataannya kurang menghargai jasa-jasa para pahlawan yang masih hidup hingga sekarang. Mereka yang dahulu telah mengorbankan segalanya untuk kemerdekaan Indonesia justru mendapatkan imbalan berupa kehidupan yang tidak layak disisa umur mereka. Padahal dapat dibayangkan apabila dahulu para pahlawan tidak mau berjuang, pastinya Indonesia masih dalam penjajahan bangsa asing.
  Sebenarnya nasib kita masih lebih baik dan beruntung daripada para pejuang dulu, kita hanya meneruskan perjuangan mereka tanpa harus mengorbankan nyawa dan harta.Nasionalisme kita semakin luntur dan akankah punah tergilas modernisasi dan individualis. Masih banyak bentuk nasionalisme lain yang kita rasakan semakin memudar. Kurangnya kecintaan kita terhadap produk dalam negeri dan merasa bangga kalau bisa memakai produk dalam negeri. Kegilaan kita tripping keluar negeri padahal negeri sendiri belum tentu dijelajahi. Kita belum tersadar betul bahwa lambat laun sikap-sikap seperti itu akan semakin menjauhkan kecintaan kita kepada negeri ini.
Rasa nasionalisme bangsa pada saat ini hanya muncul bila ada suatu faktor pendorong, seperti kasus pengklaiman beberapa kebudayan dan pulau-pulau kecil Indonesia seperti Sipadan, Ligitan , serta Ambalat oleh Malaysia beberapa waktu yang lalu. Namun rasa nasionalisme pun kembali berkurang seiring dengan meredanya konflik tersebut.

Globalisasi membawa pengaruh negatif terhadap nilai-nilai nasionalisme
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi tentunya sangat membawa pengaruh termasuk pengaruh terhadap nilai-nilai nasionalisme,diantaranya adalah:
a.Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri   (sepertiMc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan               hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa   nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
b.Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai           bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh           masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
c.Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin,         karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat      menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu      kehidupan nasional bangsa.
d.Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku           sesama warga. Dengan adanya individualisme, maka orang tidak akan peduli dengan         kehidupan bangsa.

Melunturnya Nasionalisme dengan Kehancuran Bangsa
Masyarakat, khususnya generasi muda adalah penerus bangsa. Bangsa akan menjadi maju bila para pemudanya memiliki sikap nasionalisme yang tinggi. Namun dengan perkembangan zaman yang semakin maju, malah menyebabkan memudarnya rasa nasionalisme. Nasionalisme sangat penting terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara karena merupakan wujud kecintaan dan kehormatan terhadap bangsa sendiri. Dengan hal itu, pemuda dapat melakukan sesuatu yang terbaik bagi bangsanya, menjaga keutuhan persatuan bangsa, dan meningkatkan martabat bangsa dihadapan dunia.
Namun, dengan memudarnya rasa nasionalisme dapat mengancam dan menghancurkan bangsa Indonesia. Hal itu terjadi karena ketahanan nasional akan menjadi lemah dan dapat dengan mudah ditembus oleh pihak luar. Bangsa Indonesia sudah dijajah sedari dulu sejak rasa nasionalisme pemuda memudar. Bukan dijajah dalam bentuk fisik, namun dijajah secara mental dan ideologi.
Banyak sekali kebudayaan dan paham barat yang masuk ke dalam bangsa Indonesia. Banyak budaya dan paham barat yang berpengaruh negatif dapat dengan mudah masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia. Dengan terjadinya hal itu, maka akan terjadi akulturasi, bahkan menghilangnya kebudayaan dan kepribadian bangsa yang seharusnya menjadi jati diri bangsa.
Dalam aspek perekonomian Negara, dengan memudarnya rasa nasionalisme, mengakibatkan perekonomian bangsa Indonesia jauh tertinggal dari Negara-negara tetangga. Saat ini masyarakat hanya memikirkan apa yang Negara berikan untuk mereka, bukan memikirkan apa yang mereka dapat berikan pada Negara. Dengan keegoisan inilah, masyarakat lebih menuntut hak daripada kewajibannya sebagai warga Negara. Sikap individual yang lebih mementingkan diri sendiri dan hanya memperkaya diri sendiri tanpa memberikan retribusi pada Negara, mengakibatkan perekonomian Negara semakin lemah.

Upaya untuk Menumbuhkan Kembali Nasionalisme Bangsa
a.Peran Keluarga
• memberikan pendidikan sejak dini tentang sikap nasionalisme dan patriotisme terhadap       bangsa Indonesia.
• memberikan contoh atau teladan tentang rasa kecintaan dan penghormatan pada bangsa.
• memberikan pengawasan yang menyeluruh kepada anak terhadap lingkungan sekitar.
• selalu menggunakan produk dalam negeri.

b.Peran Pendidikan
• memberikan pelajaran tentang pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dan juga bela     Negara.
• menanamkan sikap cinta tanah air dan menghormati jasa pahlawan dengan mengadakan     upacara setiap hari senin dan upacara hari besar nasional serta dapat mengikutinya             dengan khidmat.
• memberikan pendidikan moral, sehingga para pemuda tidak mudah menyerap hal-hal         negatif yang dapat mengancam ketahanan nasional.
• melatih untuk aktif berorganisasi.

c.Peran Pemerintah
•Menggalakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme, seperti  seminar dan pameran kebudayaan.
•Mewajibkan pemakaian batik kepada pegawai negeri sipil setiap hari jum’at. Hal ini  dilakukan karena batik merupakan sebuah kebudayaan asli Indonesia, yang diharapkan  dengan kebijakan tersebut dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan patrotisme bangsa.
•Lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi pemuda untuk membangun Indonesia agar  lebih baik lagi.
· Mengadakan penyuluhan tentang nasionalisme disekolah-sekolah, maupun dikalangan masyarakat lainnya.


 Sebagai generasi muda bangsa Indonesia, kita harus membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air yang cenderung meredup ditengah peliknya masalah ekonomi dan politik bangsa ini, semangat akan nilai-nilai nasionalisme harus tetap dijalankan. Hal ini kita lakukan untuk mewariskan jiwa patriot dan rasa cinta tanah air kepada generasi anak cucu pada masa mendatang. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa dan kerja keras para pahlawannya. Nasionalisme yang harus dibangkitkan kembali adalah nasionalisme yang diarahkan untuk mengatasi semua permasalahan di atas, bagaimana bisa bersikap jujur, adil, disiplin, berani melawan kesewenang-wenangan, tidak korupsi, toleran, dan lain-lain.
  Saya juga pernah membaca buku berjudul "Arab Spring",dalam buku tersebut menceritakan tentang bagaimana perjuangan seorang mahasiswa dalam melawan pemerintahan yang otoriter,yang menyebabkan rakyat Arab hidup menderita,perekonomian yang berantakan,terjadi korupsi,dan inflasi.Kemudian mahasiswa tersebut berunjuk rasa denga cara membakar tubuhya sendiri di hadapan orang banyak.Aksi nekadnya itu mendapat respon positif dari masyarakat di Arab dan beritanya tersebar luas di berbagai media masa.Tak disangka aksi heroiknya tersebut menjadikan keberanian masyarakat di Arab semakin kuat untuk melawan pemerintahan yang otoriter,tak bertanggung jawab,menyebabkan rakyat hidup mederita,bahkan banyak terjadi pertumpahan darah mulai dari anak-anak,remaja,orang dewasa,bahkan orang lanjut usia.
  Dari kejadian tersebut,saya dapat menyimpulkan bahwa aksi yang dilakukan mahasiswa tersebut telah menunjukkan jiwa nasionalismenya dan patriotiknya dalam negaranya.Ia tidak takut untuk melawan pemerintahan yang sangat kejam hanya untuk meraih kemakmuran dan kebahagiaan rakyat di Arab.
  Lalu bagaimana dengan nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia keturunan Tionghoa?Berdasarkan buku yang pernah saya baca yang berjudul "WNI Keturunan Tionghoa dalam Stabilitas Ekonomi & Politik Indonesia" karangan DR.IR.Justian Suhandinata,SE,mengisahkan bagaimana pemuda Indonesia ketutunan Tionghoa berperan penting bagi Indonesia.Tidak asing rasanya komentar, bahwa etnis Tionghoa tidak punya nasionalisme terhadap Republik Indonesia. Hal ini juga berlaku pada kalangan muda etnis Tionghoa. Mereka dicap lebih suka sekolah dan tinggal di luar negeri, tidak punya rasa ingin membangun Indonesia, kalau negara sedang susah, lalu dengan mudahnya pergi ke negara lain, dan lain sebagainya.
Komentar seperti ini juga terdengar pasca kerusuhan rasial Mei 1998. Dalam surat kabar marak diberitakan kritik bahwa eksodus etnis Tionghoa ini adalah wujud dari kurangnya rasa nasionalisme; tanpa melihat kenyataan bahwa pada saat itu etnis Tionghoa berada dibawah ancaman fisik dan tidak ada jaminan perlindungan pasti dari aparat berwajib.  
Stereotipe ini kuat melekat pada etnis Tionghoa. Menciptakan jarak antara etnis Tionghoa dan etnis lainnya di Indonesia. Padahal, sebelum pemerintahan Orde Baru, sejumlah sejarah Indonesia diukir bersama oleh pemuda berbagai etnis di Indonesia, termasuk etnis Tionghoa. Dalam perang melawan penjajah Belanda, ketika Sumpah Pemuda dicetuskan, saat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk, sampai jabatan-jabatan kementrian kabinet-kabinet awal republik ini berdiri, etnis Tionghoa terlibat aktif, tanpa berpikir sedikitpun bahwa mereka ‘bukan orang Indonesia’.
Hal ini yang kemudian disembunyikan selama masa Orde Baru. Peran etnis Tionghoa disamarkan. Digiring dalam satu bidang bersama proses desinoisasi. Mereka boleh maju, tapi hanya di bidang ekonomi saja. “Anak-anak Tionghoa ini sudah digiring menjadi economic animal semua. Hanya bisa masuk ke sektor-sektor bisnis. Kenapa? Karena selama 32 tahun mereka dibatasi. Masuk ke sekolah negri dibatasi. Masuk sekolah swasta kena proporsi.
Walaupun hasil dari jajak pendapat ini tidak mewakili jawaban keseluruhan dari etnis Tionghoa, namun dapat menggambarkan bahwa telah terjadi sebuah proses akulturasi dari etnis Tionghoa muda.
Tampak bahwa para sebagian besar mahasiswa sudah tidak lagi terganggu dengan sebutan ‘Cina’ karena memang mereka tidak mengalami saat-saat diskriminasi hebat melanda etnis Tionghoa di tahun 1965. Saat itu banyak perlakuan diskriminatif berlaku karena imbas politik. Contohnya adalah dipakainya kata ‘Cina’ sebagai pengganti Tionghoa untuk menebar inferioritas. Selain itu banyak profesi yang tidak bisa dinikmati etnis Tionghoa seperti di tahun 1900an. Saat itu 4 profesi teratas etnis Tionghoa adalah menjadi guru/dosen, dokter, wartawan dan pengacara. Namun di tahun 1965, etnis Tionghoa tidak bisa bergerak bebas di sektor manapun selain pedagang.
Generasi saat ini mempunyai dunia yang baru dimana masa depan mereka terpampang luas dengan hak dan kewajiban yang sudah dipulihkan. Nyata bahwa mereka pun punya minat di bidang-bidang lain. Maka ini saatnya untuk membuktikan dan membaktikan diri sebaik-baiknya.
 Pada akhirnya kita harus memutuskan rasa kebangsaan kita harus dibangkitkan kembali. Namun bukan nasionalisme dalam bentuk awalnya seabad yang lalu. Nasionalisme yang harus dibangkitkan kembali adalah nasionalisme yang diarahkan untuk mengatasi berbagai permasalahan, bagaimana bisa bersikap jujur, adil, disiplin, berani melawan kesewenang-wenangan, tidak korupsi, toleran, dan lain-lain. Bila tidak bisa, artinya kita tidak bisa lagi mempertahankan eksistensi bangsa dan negara dari kehancuran total.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar